Senin, 03 Oktober 2011

TUGAS PAPER MLN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Perang salib bertitik tolak pada pembangunan pesat yang berlaku di Eropa Barat semasa abad pertengahan. Ini sebenarnya berawal dari kedengkian orang-orang Kristen pada Islam dan umat Islam. Karena dalam perjalanan, dinasti Islam mengalami sebuah kecemerlangan yang luar biasa.
Ini dapat dilihat dengan berhasilnya muslimin merebut wilayah-wilayah yang sangat strategis. Maka bara dendam tersulut dalam dada mereka dan menunggu waktu yang tepat untuk kembali merebut kekuasaan mereka. Mereka menunggu kesempatan untuk membalas dendam tehadap umat yang telah merobek-robek kerajaan Kristen. Maka ketika kesempatan itu datang dan kondisi umat islam dalam keadaan yang lemah, mereka pun bertubi-tubi menghancurkan islam dengan segala apa yang muslim miliki.
Pertarungan yang sengit antar dua agama ini adalah awal dari permusuhan yang sangat berkepanjangan. Perang salib adalah perang keagamaan selama hampir dua abad yang terjadi reaksi umat Kristen di Eropa terhadap umat Islam di Asia yang dianggap sebagai pihak penyerang. Sebenarnya benih-benih ini telah ada dan lebih tua dari perang itu sendiri. Perang ini terjadi karena sejak tahun 632 sampai meletusnya perang salib sejumlah kota-kota penting dan tempat suci umat Kristen telah diduduki oleh umat Islam seperti Syuriah, Asia kecil, Spanyol dan Sicilia.
Saya memilih judul ini karena perang salib ini sangat dahsyat dan cukup menarik untuk membahasnya misalnya saja tentang kepemimpinan Salahuddin Al-Ayyubi yang bisa menjadi pembahasan yang menarik karena dia memiliki jiwa patriotik dan heroik, karena kepribadiannya itulah yang membuat namanya terkenang dalam setiap pejuang kaum muslim. Bagaimana tidak, berkat pertolongan Allah S.W.T dan kegigihan beliau dalam menghancur-leburkan pasukan salib yang merupakan dukungan dari Negara-negara Eropa.
Jarang-jarang seorang pemimpin yang partiotik dan heroik menyatu dengan sifat kemanusiaannya. Sebelumya, hanya nabi Muhammad S.A.W saja sosok pemimpin yang seperti itu meskipun kepemimpinan Salahuddin tidak sesempurna seperti kepemimpinan Nabi S.A.W tetapi beliau berhasil memcatatkan sejarah dengan memukul pasukan-pasukan salib pada perang salib 3 (tiga).
Hendaklah diingat perang salib adalah peperangan yang panjang dan dahsyat penuh kekejaman dan kebuasan dalam sejarah umat manusia, terutama kaum Nasrani dan kaum muslim. Yang memakan korban ratusan ribu jiwa dimana kepanatikan membabi buta dari Kristen Eropa menyerbu secara menggebu-gebu ke daerah Asia Barat yang berdominasi kaum muslim.
Dan perlu kita ingat pula bahwa perjuangan tuan Salahuddin di masa lampau hendaklah harus kita teruskan, tetapi bukan berarti harus berperang akan tetapi kita harus senantiasa mendukung dan menolong dengan berbagai cara. Dilihat dari banyaknya saudara-saudara kita yang menjadi korban di Palestina sekarang ini. Dikarenakan kekejaman para yahudi Israel yang telah membunuh dan melanggar hak-hak peperangan.
Tidak berhenti perjuangan Salahuddin dan kaum muslimin sampai disini, perjuangan mereka akan masih tetap berlanjut hingga kita sebagai kaum muslimin menjadi satu-satunya kaum yang berdiri tegak di bumi ini. “Sejarah Perang Salin III”  akan menjadi tugas saya dalam karya tulis ini, semoga apa yang saya kerjakan ini bermanfaat bagi diri saya dan orang yang ingin mengerjakan hal seperti saya. Semoga Allah S.W.T meridhoi apa yang saya lakukan ini, Amien.

B.     Perumusan Masalah
Bagian ini akan di arahkan kepada rumusan masalah yang akan menjadi bagian penting, maka melalui penyusunan paper ini penulis menuliskan masalah dengan membuat pertanyaan sebagai berikut:
1.      Apa yang melatar belakangi perang salib?
2.      Bagai mana pemerintahan Salahuddin Al-Ayyubi?
3.      Bagaimana Peran Salahuddin Al-Ayyubi dalam Kemenangan Perang Salib III?

C.    Tujuan Masalah
Adapun tujuan Penulisan yaitu:
1.      Menjelaskan tentang apa yang melatar belakangi perang salib.
2.      menjelaskan tentang keadaan pemerintahan Salahuddin Al-Ayyubi
3.      Menjelaskan Peran Salahuddin dan Kaum Muslim dalam Perang Salib III

D.    Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode-metode pengumpulan buku-buku, dan data-data yang berkaitan dengan masalah yang akan di bahas. Diantaranya, penelitian kepustakaan dan dari internet.

E.     Sistematika Penulisan
Adapun sistem penulisan dalam penyusunan paper ini terdiri dari empat bagian yaitu:
Bab Satu. Membahas Mengenai Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
Bab Dua. Sejarah Perang Salib, yang meliputi Latar Belakang Perang Salib Pihak-pihak yang berpengaruh dalam Perang Salib, Kondisi Setelah Perang Salib bagi Dunia Islam
Bab Tiga. Membahas Mengenai Peran Salahuddin Al-Ayyubi. Meliputi Biografi Salahuddin Al-Ayyubi, Kepemimpin Salahuddin dalam perang salib, Proses kemenangan perang salib dalam Masa Salahuddin.
Bab Empat. Membahas Mengenai Penutup, yang meliputi Kesimpulan dan Saran-Saran.

BAB II
SEJARAH PERANG SALIB
A.    Latar Belakang Perang Salib
Perang Salib (1096-1291). Merupakan konflik terbesar antara umat Islam yang tengah berkuasa di sebagian Eropa, Afrika Utara, dan Asia, melawan kekuasaan Kristen yang baru bangkit dan berusaha merebut kota Yerusalem sebagi kota suci bagi agama Kristen. Perang salib terjadi beberapa kali, diawali pada tahun 1096 dan berakhir tahun 1291.
Pada akhir abad ke-11, wilayah kekuasaan Islam yang akan menjadi ajang pertempuran perang salib terpecah ke dalam beberapa wilayah. Sebelah utara meliputi Khurasan, Persia, Irak, Armenia, dan Asia kecil, yang dikuasai oleh dinasti Bani Saljuk, sebelah selatan meliputi Mesir, Suri`ah Selatan, Palestina dan termasuk pula Sepanyol yang dikuasai Khalifah Fathimiah yang berpusat di Kairo, sedangkan pemerintahan Khalifah Abbasyiah berpusat di Baghdad. Setelah Sultan Malik Syah dari Dinasti Bani Saljuk Meninggal, terjadi perpecahan dan perebutan kekuasaan diantara putra-putra Sultan.
Sementara Daulah Fathimiah di bawah pemerintahan al-Musta`li dalam keadaan lemah, walaupun wilayah kekuasaannya masih luas. Demikian juga Khalifah Abbasyiah di Baghdad pada masa itu lemah dan tidak memegang peranan penting, karena berada di bawah pengaruh Dinasti Saljuk. Dalam situasi terpecah-pecah dan lemah itu, dunia Islam dikejutkan dengan penyerbuan tentara Salib yang pertama melalui Asia Kecil.
Perang Salib terjadi karena beberapa sebab, antara lain: Alp Arselan dari Dinasti Bani Saljuk mengalahkan Byzantium di pertempuran Munzikart tahun 1071. hal itu terjadi menyebabkan jalan menuju Yerusalem tempat suci yang selalu dikunjungi oleh umat Kristen Eropa menjadi terhalang Kekaisaran Byzantium dan khawatir akan keselamatan wilayahnya, maka mereka memohon bantuan Paus untuk membangkitkan semangat orang-orang Kristen melawan orang-orang Islam yang sudah berada di ambang pintu Eropa.
Paus Urbanus II setuju dan berseru kepada umat Kristen Eropa supaya mengadakan Perang Suci melawan umat Islam. Tidak kurang dari 150.000 orang berkumpul di Contantinopel dan bergerak menuju Palestina. Ditaklukanlah Edessa, Tarsus, Antikia, dan Aleppo (Shadily: [1991]: 2661-2662).
Dan di antara Situasi yang mendukung adanya Perang Salib pada waktu itu adalah sebagai berikut:

1.      Situasi di Eropa
Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang terjadi di Eropa Barat sebelumnya pada Abad Pertengahan, selain itu juga menurunnya pengaruh Kekaisaran Byzantium di timur yang disebabkan oleh gelombang baru serangan Muslim Turki. Pecahnya Kekaisaran Carolingian pada akhir Abad Ke-9, dikombinasikan dengan stabilnya perbatasan Eropa sesudah Kristenisasi bangsa-bangsa Viking, Slav dan Magyar, telah membuat kelas petarung bersenjata yang energinya digunakan secara salah untuk bertengkar satu sama lain dan meneror penduduk setempat.
Gereja berusaha untuk menekan kekerasan yang terjadi melalui gerakan-gerakan Pax Dei dan Treuga Dei. Usaha ini dinilai berhasil, akan tetapi para ksatria yang berpengalaman selalu mencari tempat untuk menyalurkan kekuatan mereka dan kesempatan untuk memperluas daerah kekuasaan pun menjadi semakin tidak menarik.
Pengecualiannya adalah saat terjadi Reconquista di Spanyol dan Portugal, dimana pada saat itu ksatria-ksatria dari Iberia dan pasukan lain dari beberapa tempat di Eropa bertempur melawan pasukan Islam, yang sebelumnya berhasil menyerang dan menaklukan sebagian besar Semenanjung Iberia dalam kurun waktu 2 abad dan menguasainya selama kurang lebih 7 abad. (ateisindonesia.wikidot.com/perang-salib)
Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu kepausan bagi kaum Kristen Iberia untuk memerangi kaum Muslim. Paus memberikan baik restu kepausan standar maupun pengampunan bagi siapa saja yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan yang datang dari Kekaisaran Byzantium yang sedang terancam oleh ekspansi kaum Muslim Seljuk, menjadi perhatian semua orang di Eropa.
Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali lagi pada tahun 1095, dari Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus Urbanus II. (ateisindonesia.wikidot.com/perang-salib)
Perang Salib adalah sebuah gambaran dari dorongan keagamaan yang merebak pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang tentara Salib, sesudah memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan sejak saat itu akan dianggap sebagai “tentara gereja”.
Hal ini sebagian adalah karena adanya Kontroversi Investiture, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama Perang Salib Pertama. Karena kedua belah pihak yang terlibat dalam Kontroversi Investiture berusaha untuk menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat secara pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis.
Hasilnya adalah kebangkitan semangat Kristen dan ketertarikan publik pada masalah-masalah keagamaan. Hal ini kemudian diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang Perang untuk keadilan untuk mengambil kembali Tanah Suci – yang termasuk Yerusalem (dimana kematian, kebangkitan dan pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran Kristen) dan Antioch (kota Kristen yang pertama) - dari orang Muslim. Selanjutnya, “Penebusan Dosa” adalah faktor penentu dalam hal ini.
Ini menjadi dorongan bagi setiap orang yang merasa pernah berdosa untuk mencari cara menghindar dari kutukan abadi di Neraka. Persoalan ini diperdebatkan oleh para tentara salib tentang apa sebenarnya arti dari “penebusan dosa” itu.
Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem kembali, mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka meninggal dunia. Akan tetapi, kontroversi yang terjadi adalah apa sebenarnya yang dijanjikan oleh paus yang berkuasa pada saat itu. Suatu teori menyatakan bahwa jika seseorang gugur ketika bertempur untuk Yerusalemlah “penebusan dosa” itu berlaku.
Teori ini mendekati kepada apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam pidato-pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib berhasil merebut Yerusalem, maka orang-orang yang selamat dalam pertempuran tidak akan diberikan “penebusan”. Teori yang lain menyebutkan bahwa jika seseorang telah sampai ke Yerusalem, orang tersebut akan dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang Salib. Oleh karena itu, orang tersebut akan tetap bisa masuk Neraka jika melakukan dosa sesudah Perang Salib. Seluruh faktor inilah yang memberikan dukungan masyarakat kepada Perang Salib pertama dan kebangkitan keagamaan dalam abad ke-12   (ateisindonesia.wikidot.com/perang-salib)

2.      Situasi Timur Tengah
Keberadaan Muslim di Tanah Suci harus dilihat sejak penaklukan bangsa Arab terhadap Palestina dari tangan Kekaisaran Bizantium pada abad ke-7. Hal ini sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi penziarahan ke tempat-tempat suci kaum Kristiani atau keamanan dari biara-biara dan masyarakat Kristen di Tanah Suci Kristen ini.
Sementara itu, bangsa-bangsa di Eropa Barat tidak terlalu perduli atas dikuasainya Yerusalem–yang berada jauh di Timur–sampai ketika mereka sendiri mulai menghadapi invasi dari orang-orang Islam dan bangsa-bangsa non-Kristen lainnya seperti bangsa Viking dan Magyar. Akan tetapi, kekuatan bersenjata kaum Muslimlah yang berhasil memberikan tekanan yang kuat kepada kekuasaan Kekaisaran Byzantium Kristen Orthodox Timur. (ateisindonesia.wikidot. com/perang-salib)
Titik balik lain yang berpengaruh terhadap pandangan Barat kepada Timur adalah ketika pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan penghancuran Gereja Makam Suci (Church of The Holy Sepulchre). Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat itu lagi. Akan tetapi banyak laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap para peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang pulang ini kemudian memainkan peranan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir abad itu. (ateisindonesia.wikidot. com/perang-salib)

3.      Penyebab Langsung
Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium dan menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut.
Hal ini dilakukan karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di Pertempuran Manzikert, yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia.
Dan kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil (Turki modern). Meskipun Pertentangan Timur-Barat sedang berlangsung antara gereja Katolik Barat dengan gereja Orthodox Timur, Alexius I mengharapkan respon yang positif atas permohonannya.
Bagaimanapun, respon yang didapat amat besar dan hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius I. Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali Yerusalem, setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 1078 dari kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir.Umat Kristen merasa tidak lagi bebas beribadah sejak Dinasti Seljuk menguasai Baitul Maqdis.
Ketika Perang Salib Pertama didengungkan pada tahun 1095, para pangeran Kristen dari Iberia sedang bertempur untuk keluar dari pegunungan Galicia dan Asturia, wilayah Basque dan Navarre, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, selama seratus tahun.
Kejatuhan bangsa Toledo kepada Kerajaan Leon pada tahun 1085 adalah kemenangan yang besar. Ketidakbersatuan penguasa-penguasa Muslim merupakan faktor yang penting dan kaum Kristen yang meninggalkan para wanitanya di garis belakang amat sulit untuk dikalahkan. Mereka tidak mengenal hal lain selain bertempur. Mereka tidak memiliki taman-taman atau perpustakaan untuk dipertahankan.
Para ksatria Kristen ini merasa bahwa mereka bertempur di lingkungan asing yang dipenuhi oleh orang kafir sehingga mereka dapat berbuat dan merusak sekehendak hatinya. Seluruh faktor ini kemudian akan dimainkan kembali di lapangan pertempuran di Timur. Ahli sejarah Spanyol melihat bahwa Reconquista adalah kekuatan besar dari karakter Castilia, dengan perasaan bahwa kebaikan yang tertinggi adalah mati dalam pertempuran mempertahankankekristenan Negara. (ateisindonesia.wikidot.com/perang-salib)

B.     Pihak-pihak yang Berpengaruh dalam Perang Salib
Adapun pihak-pihak yang berpengaruh dalam berbagai peristiwa Perang Salib dari mulai Perang Salib I hingga ke III adalah sebagai Berikut:
1.      Dalam Perang Salib I
·         Godfrey, Bohemond, dan Raymond yang membawa kemenagan besar. Dan kemudian Bohemond diangkat menjadi raja di Anthiokia, sedangkan Godfrey menjadi raja di Yerusalem.
·         Syeikh Imaduddin Zanki pada tahun 1144 M, penguasa Moshul dan Irak, yang berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Kemudian tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zanki.
·         Syeikh Nuruddin juga telah berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali. (ateisindonesia.wikidot.com/perang-salib)

2.      Dalam Perang Salib II
·         Paus Eguenus III yang menyampaikan perang suci dan disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II.
·         Raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zanki.
·         Syekh Nuruddin Zanki yang mampu menahan pergerakan kudua raja tersebut untuk memasuki daerah Syria.
·         Sultan Shalahuddin al-Ayyubi Pimpinan perang yang menggantikan posisi Syeikh Nurrudin dan berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, setelah berhasil mencegah pasukan salib untuk menguasai Mesir.
·         County Tripoli dan Kerajaan Yerusalaem yang menggunakan  taktik penguasaan daerah. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.
·         Conrad dari Montferrat yang memimpin kota Tirus, kota terbesar di Yerusalem yang berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan Shalahuddin sebanyak dua kali. Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota lain, seperti Arsuf dan Jaffa.(Amstrong ,2003 339-353).

3.      Dalam Perang Salib III
·         Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard the Lionheart raja Inggris, dan Philip Augustus raja Perancis memunculkan perang Salib III. Yang menyusun rencana balasan terhadap kaum Muslim.
Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan Richard dan Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa-saat itu merupakan yang terbanyak di Eropa yang menggunakan jalur darat, melewati Konstantinopel. (Amstrong 2003,413-432)

C.    Hasil akhir perang Salib
Perang salib memiliki dampak di dunia Islam, khususnya pada pandangan mereka terhadap barat dan Kristen. Faktanya bahkan saat ini sebagian muslim memandang kalau perang salib adalah simbol kekerasan barat terhadap islam. Muslim ketakutan atas kebrutalan Frank dan bagaimana mereka membantai penduduk Yerusalem dan mengkhianati perjanjian.
Hal ini bertentangan dengan sikap Salahuddin al Ayyubi yang membiarkan penduduk Yerusalem hidup saat menguasai kota itu. Fakta kalau Franks lebih termotivasi oleh politik dan ketamakan ketimbang alasan murni religius membuat umat Islam memandang kalau imperialisme barat setelah itu sebagai bagian dari perang salib.
Pandangan ini menyebabkan muslimin membuat halangan intelektual dan menjadi isolasionis dalam kebijakan mereka dan menyebabkan mereka tertinggal dalam dunia global. Kini ekstrimis dari islam maupun kristen memandang konfrontasi tidak dapat dielakkan dan karena pandangan terhadap perang salib inilah, terjadi kekerasan dalam politik kontemporer antara Barat dan Islam masa kini.(ateisindonesia.wikidot.com/perang-salib)



1.      Dampak Perang Salib  di Beberapa Bagian Eropa dan Barat
Hingga saat ini, perang salib dipandang sangat membantu dalam peradaban Eropa (untuk negara yang merupakan negara katolik roma dimasa perang salib), dan negara yang sebagian besar dihuni penduduk dari eropa barat, termasuk AS. Walau begitu, ada banyak kritik pada perang salib di eropa barat sejak Renaissance, dan tahun-tahun terakhir.
Para pendukung perang salib memandang kalau tindakan menekan minoritas yang menentang pandangan standar perang salib adalah bentuk agresi berdarah dan tidak manusiawi. Pandangan lain bahkan mengatakan kalau kebrutalan dan motivasi religius perang salib sesungguhnya “sanga mulia dan simpatik. (ateisindonesia.wikidot.com/perang-salib)

2.      Dampak Perang Salib dalam  Politik dan Kebudayaan
Pengalaman militer dari perang salib memiliki pengaruh besar bagi eropa: sebagai contoh, kastil-kastil eropa dibuat sangat masif seperti di timur, bukan lagi bangunan kayu seperti yang mereka buat sebelum perang salib. (ateisindonesia.wikidot.com/perang-salib)

3.      Dampak Perang salib dalam Perdagangan
Pada zaman pertengahan, daerah perdagangan kunci di bumi adalah Laut hitam,laut tengah dan laut merah. Ini sebelum perang salib pertama, dan pada masa perang salib pula, yang memungkinkan Eropa Barat menguasai perdagangan di Laut Tengah dan Laut Hitam, sebuah penguasaan yang terjadi sejak tahun 1000an hingga diancam oleh kekaisaran Usmaniyah Turki di pertengahan 1400an.
Kendali Eropa barat pada jalur laut vital memungkinkan ekonomi Eropa Barat maju pesat, terutama untuk republik maritim seperti Venice, Genoa dan Pisa. Bukan kebetulan kalau Renaissance berawal di Italia, sebagai republik-republik maritim, dalam penguasaan Laut Tengah bagian timur dan Laut Hitam, mampu mengembalikan kebudayaan Romawi dan Yunani, begitu juga produk dari Asia Timur.
Namun karena kekalahan perang salib, Eropa Barat terpaksa mencari jalur perdagangan baru ke Asia Timur, membawa pada penemuan Amerika, perjalanan mengelilingi bumi dan berujung pada kolonialisme dan imperialisme Barat. (ateisindonesia.wikidot.com/perang-salib)

4.      Dampak Peran Salib di dalam Dunia islam
Konsekuensi jangka panjang dari perang salib pada dunia islam menurut sejarawan Peter Mansfield, adalah terciptanya mentalitas islam yang menarik diri dari globalisasi. Beliau mengatakan “Diserang dari semua penjuru, dunia islam memandang dirinya sendiri. Mereka menjadi konservatif dan defensif Perilaku yang tumbuh semakin memburuk saat evolusi globalisasi, sebuah proses yang dipandang tidak melibatkan dunia islam, berlanjut.” (ateisindonesia.wikidot. com/perang-salib)


BAB III
PERANAN SHALAHUDDIN AL-AYYUBI

A.    Biografi Shalahuddin Al-Ayyuby
Nama lengkapnya adalah Shalahuddin Yusuf bin AL-Amier Najmuddin Ayyub bin Syadie Ad-Duwainie At-Tikriety, menurut lafal persi barat Salahudin Al-Ayubi atau tepatnya Sholahuddin Yusuf bin Ayyub atau Saladin/Salahadin, dilahirkan pada tahun 502 H Shalahuddin Al-Ayyubi adalah raja mashur dari Damaskus.(Hamid,2007.339)
Shalahuddin Al-Ayubi terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit (140km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigris pada tahun 1137M. Masa kecilnya selama sepuluh tahun dihabiskan belajar di Damaskus di lingkungan anggota dinasti Zangid yang memerintah Syria, yaitu Nur Ad-Din atau Nuruddin Zangi. ketika ayahnya menjadi penguasa Saljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanky, gubernur Saljuk untuk kota Mousul, Irak.
Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah Nuruddin Mahmud. Selama di Balbek inilah Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun dalam lingkungan istana Nuruddin.
Pada tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir. Di sana dia mewarisi peranan sulit mempertahankan Mesir melawan penyerbuan dari kerajaan latin Jerusalem di bawah pimpinan Amalrik I. Posisi ia awalnya menegangkan. Tidak ada seorangpun menyangka dia bisa bertahan lama di Mesir yang pada saat itu banyak mengalami perubahan pemerintahan di beberapa tahun belakangan oleh karena silsilah panjang anak khalifah mendapat perlawanan dari wazirnya.
Sebagai pemimpin dari prajurit asing Syria, dia juga tidak memiliki kontrol dari Prajurit Shiah Mesir, yang dipimpin oleh seseorang yang tidak diketahui atau seorang Khalifah yang lemah bernama Al-Adid. Ketika sang Khalifah meninggal bulan September 1171, Saladin mendapat pengumuman Imam dengan nama Al-Mustadi, kaum Sunni, dan yang paling penting, Abbasid Khalifah di Baghdad, ketika upacara sebelum Shalat Jum’at, dan kekuatan kewenangan dengan mudah memecah garis keturunan lama. Sekarang Saladin menguasai Mesir, tapi secara resmi bertindak sebagai wakil dari Nuruddin yang sesuai dengan adat kebiasaan mengenal Khalifah dari Abbasid.
Saladin merevitalisasi perekonomian Mesir, mengorganisir ulang kekuatan militer, dan mengikuti nasihat ayahnya, menghindari konflik apapun dengan Nuruddin, tuannya yang resmi, sesudah dia menjadi pemimpin asli Mesir. Dia menunggu sampai kematian Nuruddin sebelum memulai beberapa tindakan militer yang serius. Pertama melawan wilayah Muslim yang lebih kecil, lalu mengarahkan mereka melawan para prajurit salib.
Timur Tengah (1190 M.). Wilayah kekuasaan Shalahuddin. Wilayah yang direbut kembali dari pasukan salib 1187-1189 (warna pink). Warna hijau terang menandakan wilayah pasukan salib yang masih bertahan sampai meninggalnya Shalahuddin.
Dengan kematian Nuruddin (1174) dia menerima gelar Sultan di Mesir. Disana dia memproklamasikan kemerdekaan dari kaum Seljuk, dan dia terbukti sebagai penemu dari dinasti Ayyubid dan mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir. Dia memperlebar wilayah dia ke sebelah barat di maghreb, dan ketika paman dia pergi ke Nil untuk mendamaikan beberapa pemberontakan dari bekas pendukung Fatimid, dia lalu melanjutkan ke Laut Merah untuk menaklukan Yaman. Dia juga disebut “Waliullah” yang artinya teman Allah bagi kaum muslim Sunni.
Tahun 559-564 H/ 1164-1168 M. Sejak itu Asaduddin,  pamannya diangkat menjadi Perdana Menteri Khilafah Fathimiyah. Setelah pamannya meninggal, jabatan Perdana Menteri dipercayakan Khalifah kepada Shalahuddin Al-Ayyubi.
Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentara Salib dan pasukan Romawi Bizantium yang melancarkan Perang Salib kedua terhadap Mesir. Sultan Nuruddin memerintahkan Shalahuddin mengambil kekuasaan dari tangan Khilafah Fathimiyah dan mengembalikan kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad mulai tahun 567 H/1171 M (September). Setelah Khalifah Al-'Adid, khalifah Fathimiyah terakhir meninggal maka kekuasaan sepenuhnya di tangan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Sultan Nuruddin meninggal tahun 659 H/1174 M, Damaskus diserahkan kepada puteranya yang masih kecil Sultan Salih Ismail didampingi seorang wali. Dibawah seorang wali terjadi perebutan kekuasaan diantara putera-putera Nuruddin dan wilayah kekuasaan Nurruddin menjadi terpecah-pecah. Shalahuddin Al-Ayyubi pergi ke Damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak menginginkan persatuan. Akhirnya Shalahuddin Al-Ayyubi melawannya dan menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul, Irak bagian utara.(google/biografi Shalahuddil al-Ayyubi)
B.     Kepemimpinan Salahuddin dalam Perang Salib
Sesudah berhasil membebaskan Mesir dari dinasti Fatimiyah yang menjadi simbol kekuasaan Syiah yang dilakukan oleh Nuruddin az-Zanky, tahun 564 Hijriyah/1169 Masehi, terus melanjutkan usaha membebaskan negeri-negeri Muslim dari cengkeraman pasukan Salib. Termasuk ‘billadus’ Syam, yang di dalamnya terdapat Al-Aqsha.
Jatuhnya Mesir ke tangan Nuruddin dan panglimanya Shalahuddin al-Ayyabui, bukan hanya menghancurkan kekuassaan dinasti Syiah, tetapi ikut menggentarkan pasukan Salib yang sudah mendarat di Mesir. Para penguasa Salib di Eropa yang melihat kejatuhan Mesir, mereka semakin takut. Maka, para penguasa Salib di Eropa Barat, mempersiapkan pasukan yang lebih besar lagi, yang tujuannya untuk menghadapi pasukan Muslim, yang sudah menguasai Mesir, dan merambah ke ‘billadus’ Syam.
Sayangnya, di tahun 569 Hijriyah/1169 Masehi, mujahid besar, yang berhasil membebaskan dari kaum ‘zindiq’ yang dipimpin dinasti Fatimiyah itu, wafat. Nuruddin az-Zanky wafat. Selajutnya, kepemimpin di medan jihad, yang selama ini dipegang oleh Nuruddin digantikan oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Shalahuddin mengikuti apa yang sudah digariskan oleh Nuruddin untuk mewujudkan cita-citanya.
Di bawah kepemimpinan Shalahuddin al-Ayyubi, pasukan Muslim terus menyerbu kantong-kantong kekuatan pasukan Salib, ketika dia merasa waktu yang tepat telah tiba, maka seluruh pasukan Muslim menyerang kota Quds. Para pembesar dan petinggi Negara berada di baris terdepan disusul oleh selulruh anggota pasukan yang terdiri dari para penglima, ulama, fuqaha’, dan kaum sufi dari berbagai mazhab dan aliran. Tercatat diantaranya adalah Muwafaquddin Ibn Qudamah, Muhammad bin Qudamah (saudaranya) dan Ibn Naja’.
Pertempuran berkecamuk dengan sangat dahsyat. Pasukan Muslim menyerbu dengan gigih demi meraih syahid dengan balasan surga yang sudah dijanjikan Allah Azza Wa Jalla. Akhirnya mereka berhasil mengalahkan balatentara Salib dan masuk kota suci Baitul Maqdis penuh dengan gema takbir ‘Allahu Akbar’ dan tahlil ‘La Ilaha Illah Allah’. Gelombang pasukan muslim bergerak dengan pasti menuju Masjid Al-Aqsha yang telah bebas, lalu membersihkannya dari segala noda dan kotoran yang ditinggalkan oleh kaum Salib.
Saat kaum Muslimin melaksanakan shalat Jum’at yang pertama, masjid begitu penuh sesak, dan mereka tidak kuasa menahan cucuran air mata, karena haru, berhasil membebaskan kota suci itu dari cengkeraman pasukan Salib Eropa.
Shalahuddin Al-Ayyubi meminta Ibn Az-Zaki Asy-Syafi’I untuk menyampaikan khutbah Jum’at dan mengutip ayat Al-Qur’an :
“Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”. (QS : Al-An’am : 45).
Kemudian, dalam khutbahnya, Ibn Zaki menegaskan, “Segala puji bagi Allah yang telah mengagugnkan Islam dengan pertolongan-Nya, menghancurkan kemusyrikan dengan kekuatan-kekuatan-Nya, menjalankan segala sesuatu dengan perintah-Nya, mengulur waktu pembalasan bagi orang kafir dengan muslihat-Nya”. Ibn Zaki selanjutnya, memberikan selamat dan penghargaan kepada seluruh kaum Muslimin yang hadir di situ karena melalui usaha keras merekalah, Allah memberi kemudahan untuk merebut kembali Baitul Maqdis yang memiliki begitu banyak keistimewaan dan kelebihan.
Masjidil Aqsha merupakan kiblat pertama kaum muslimin, dan tanah suci ketiga setelah Makkah dan Madinah. Al-Aqsha akan menjadi tempat pemisahan (Mansyar) bagi seluruh manusia di hari kiamat. Al-Aqsha merupakan tempat tinggal para Nabi dan tujuaan para wali. Sekarang dibawah cengkeraman kaum musyrikin Yahudi dan Nasrani.
Usai melaksanakan shalat Jum’at, Shalahuddin memohon kepada Ibn Naja’ al-Qadiri al Hambali menyampaikan mau’izhahnya. Tanpa ragu Ibn Naja’ menyambut permohonan itu, lalu menyampaikan nasihat dihadapans seluruh kaum muslimin. “Setiap orang yang memiliki rasa takut dan harapan .. memberi nasihat yang sanggup hati orang-orang yang selama ini terlena … namun menggentarkan hati musuh Allah”, ujar Ibn Naja’. Banyak orang yang tidak sanggup menahan air matanya, dan pupus sudah keraguan yang selama ini menyelimuti orang-orang yang ragu.
Jum’at kedua, Shalahuddin Al-Ayyubi meminta kembali Ibn Naja’ untuk menyampaikan nasihat di Masjid Al-Aqsha dan Ibn Naja’ melakukannya. Ibn Syaddad menuturkan bahwa setelah berhasil menguasai Palestina, Shalahuddin berbicara kepadanya bahwa cita-citanya setelah itu adalah ingin mengakhiri hidupnya dengan kematian yang mulia.
Ketika ditanya keinginannya itu, Shalahuddin Al-Ayyubi menjawab bahwa ia ingin membawa pasukannya mengarungi laut untuk menyerang kerajaan-kerajaan Kristen di Eropa untuk menyebarkan Islam. Ekspansi Shalahuddin itu meurakan proyek besar yang hanya dapat dilakukan adanya kekuatan Islam yang besar, dan bersatunya kaum muslimin. Inilah sebuah cita-cita besar yang pernah disampaikan oleh Shalahudidn Al-Ayyubi.
(google/kepemimpinan Salahuddi dalam perang salib)
C.    Proses Kemenangan Perang Salib dalam Masa Salahuddin
Tidak ada yang menyangkal, kekalahan kaum Muslimin dari pasukan Salib pada akhir abad 5 Hijriah, merupakan salah satu tragedi terbesar yang dialami umat Islam. Hal itu terjadi tidak lain karena kesalahan umat Islam sendiri. Sebagaimana dipaparkan dalam bebera sumber, bahwa sebelum terjadi invasi pasukan Salib kondisi umat Islam berada dalam kemunduran dan kerusakan yang parah.
Para penguasa meninggalkan amanat yang diemban dan gila dengan kemewahan serta kekuasaan, bahkan mereka berlaku dzolim kepada rakyat. Para ulama pun banyak yang menjadi “ulama dunia” dengan mencari muka di depan para penguasa demi sebuah simpati atau jabatan dan bahkan tidak jarang terjadi permusuhan dan saling menjatuhkan antar ulama. Singkatnya, ada arus penyimpangan kolektif yang dilakukan oleh berbagai lapisan umat setelah ditinggalkan oleh tiga generasi emas (shalafus shalih). Penyimpangan yang merambah semua kalangan umat baik pemerintah, ulama, tentara, kaum kaya dan masyarakat biasa.
Namun fakta sejarah berbicara, sekitar 90 tahun kemudian, tampil Shalahuddin Al-Ayyubi yang memimpin pasukannya merebut Hitthin sebagai pembuka jalan untuk merebut Palestina kembali. Apa gerangan yang terjadi? Apakah Shalahuddin Al-Ayyubi seoran utusan langit yang datang begitu saja untuk menyelamatkan umat? Apakah Shalahuddin seorang pahlawan tunggal yang berjuang sendirian dan mengandalkan segala keistimewaan pribadinya? Jawabannya tentu tidak. Sejak awal Shalahuddin “hanya” seorang anak didik Nuruddin Zanki yang sudah menyiapkan mimbar baru untuk Masjidil Aqsha jauh sebelum itu.
Di sisi lain, sejarah tidak mungkin melupakan karya dan peran signifikan sejumlah ulama dan tokoh umat Islam yang hidup dalam kurun waktu tersebut, seperti Al-Ghazali, Abdul Qodir al-Jilani, Ibnu Qudamah al-Madisi dan sederetan nama lainnya yang berhasil melakukan perubahan radikal pada paradigma pemikiran dan pendidikan umat. Mereka berhasil mengikis virus-virus yang menggerogoti imunitas internal umat berupa hegemoni filsafat, aliran kebatinan, dikotomi fiqih dan tasawuf, mazhabisme dan lain-lainnya, sebelum melahirkan sebuah generasi baru yang mengimplementasikan nilai-nilai nilai-nilai Islam dan mengusung panji kejayaannya saat berhadapan denan lawan-lawannya.(Irsan Al-Kilani dalam Hakadza zhahara Jil Shalahuddin wa hakadza adat al-quds / Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib)
Dan dimulai dengan jatuhnya Yerusalem, serangan balik yang dilancarkan kaum muslim dimulai dalam perang salib II (1147M-1149M). raja Louis VII dari perancis dan raja Conrad II dari jeman memimpin serangan terpisah ke Anatolia. Pertempuran ini, berakhir denagn kegagalan kaum Kristen. Kekalahan ini melemahkan kekuasaan meraka atas tanah suci pada tahun 1187M. salahudin, salah seorang pemimpin muslim yang membawa pasukannya ke pertempuran di Hattim. Pasukan saladin berhasil mengusir pasukan Kristen. Kemudian saladin juga merebut yerusalem dan sebagian besar tanah suci.
Dan dalam perang salib III (1189M-1192M) dipimpin oleh Richard I dari Inggirs, Fredirick I dari Jerman dan Pillip II dari Francis. Dalam perjalanan, fredirick I hilang namun pasukan keristen dapat mengalahkan pasukan Saldin dan kaum Kristen mengambil alih kembali sebagian besar tanah suci, kecuali Yerusalem yang pada saat itu masih dikuasai oleh Salahudin.(Justice,2008.345.)








BAB IV
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Latar belakang Perang Salib adalah. Kumpulan dari pertikaian agama yang dimulai dari kaum Kristen pada priode 1095-1291, biasanya direstui oleh Paus atas agama Kristen, dengan tujuan untuk menguasai kembali Yerusalem dan Tanah Suci dari kekuasaan Muslim dan awalnya diluncurkan awal mulanya sebagai respon atas permohonan dari Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen Ortodox yang berkuasa di Timur untuk melawan Dinasti dari Kaum Saljuk ke Anatolia.
Di bawah kepemimpinan Shalahuddin al-Ayyubi, pasukan Muslim terus menyerbu kantong-kantong kekuatan pasukan Salib, ketika dia merasa waktu yang tepat telah tiba, maka seluruh pasukan Muslim menyerang kota Quds. Para pembesar dan petinggi Negara berada di baris terdepan disusul oleh selulruh anggota pasukan yang terdiri dari para penglima, ulama, fuqaha’, dan kaum sufi dari berbagai mazhab dan aliran. Tercatat diantaranya adalah Muwafaquddin Ibn Qudamah, Muhammad bin Qudamah (saudaranya) dan Ibn Naja’.
Fakta sejarah berbicara, sekitar 90 tahun kemudian, tampil Shalahuddin Al-Ayyubi yang memimpin pasukannya merebut Hitthin sebagai pembuka jalan untuk merebut Palestina kembali. Apa gerangan yang terjadi? Apakah Shalahuddin Al-Ayyubi seoran utusan langit yang datang begitu saja untuk menyelamatkan umat? Apakah Shalahuddin seorang pahlawan tunggal yang berjuang sendirian dan mengandalkan segala keistimewaan pribadinya? Jawabannya tentu tidak. Sejak awal Shalahuddin “hanya” seorang anak didik Nuruddin Zanki yang sudah menyiapkan mimbar baru untuk Masjidil Aqsha jauh sebelum itu.



















DAFTAR PUSTAKA

Ateisindonesia.wikidot.com/perang-salib
Al-Kilani, Irsan (Penerjemah). Tt. “Hakadza zhahara Jil Shalahuddin wa hakadza adat al-quds / Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib” : Kalam Aulia Mediatama
Hamid, Shalahuddin. 2007. “Kisah-kisah Islam”. Jakarta selatan : PT Inti Media Cipta Nusantara
Justis, Jennifer. 2008. “Ensiklopedi Pengetahuan Populer”. Jakarta: PT. Lentera Abadi.
Sadili, Hasan. 1991. “Ensiklopedi Indonesia”. Jakarta: Ikhtiar Baru-Vamhoeve dan Elsevier Publism  Projects

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................                    i
KATA PENGANTAR                                                                                             ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................     iv

BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah.....................................................................      1
B.       Perumusan Masalah............................................................................      2
C.       Tujuan Masalah...................................................................................      3
D.      Metode Penulisan...............................................................................      4
E.       Sistematika Penulisan.........................................................................      4

BAB II SEJARAH PERANG SALIB
A.      Latar Belakang Perang Salib..............................................................      5
1.      Situasi di Eropa............................................................................      6
2.      Situasi di Timur Tengah................................................................      9
3.      Penyebab Langsung......................................................................    10
B.       Pihak-pihak yang Berpengaruh dalam Perang Salib...........................    12
1.      Dalam Perang Salib I....................................................................    12
2.      Dalam Perang Salib II..................................................................    12
3.      Dalam Peranh Salib III.................................................................    13
C.       Hasil Akhir Perang Salib....................................................................    14
1.      Dampak Perang Salib di Beberapa Bagian Eropa dan Barat........    15
2.      Dampak Perang Salib Dalam Politik dan Kebudayaan................    15
3.      Dampak Perang Salib Dalam Peperangan....................................    15
4.      Dampak Perang Salib di Dalam Dunia Islam...............................    16

BAB III PERAN SHALAHUDIN AL-AYYUBI
A.      Biografi Shalahuddin Al-Ayyuby......................................................    17
B.       Kepemimpinan Shalahudin Dalam Perang Salib................................    20
C.       Proses Kemenangan Perang Salib Dalam Masa Salahuddin..............    23

BAB IV PENUTUP
A.      Kesimpulan.........................................................................................    26






KATA PENGANTAR

Puji serta syukur senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala limpah nikmat dan rahmatnya, terutama atas terselesaikannya paper ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman dan para sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Paper yang diberi judul “SEJARAH PERANG SALIB III”  ini, Alhamdulillah dapat terselesaikan dengan baik. Walaupun melalui berbagai hambatan dan rintangan yang mempersulit pembuatan paper ini.
Paper yang berisikan penilitian kepustakaan dan internet, yang di buat untuk memenuhi tugas karya tulis ditingkat Mu`allimin pesantren Persaruan Islam 19 Bentar Garut. Juga untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan.
Selesainya paper ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah turut membantu penyelesaian paper ini, terutama kepada :
1.      Orang Tua penulis yang tercinta yang telah memberikan segalanya demi anaknya melangsungkan kehidupan yang baik.
2.      Saudara-saudara dan adik penulis.
3.      H. Uban Subandi, selaku pimpinan Pesantren Persatuan Islam 19 Bentar Garut.
4.      Ustadz. Mulyana, BA selaku mudir Mu`allimin.
5.      Ustadz. Ahmad Supratman selaku wali kelas 3a Mu`allimin.
6.      Ustadz. Yudi Wahyudin selaku pembimbing.
7.      Rizki “ohang”, Tsany “jagal”, Reza “kumis”, Firman “itok”, Dede “dobleng”, Tsaqib “gehu”, Andri “bogel”, Fikri “to kill”. dll
8.      Semua teman-teman Mu`allimin baik RG ataupum UG yang senan tiasa menjadi teman selama bersekolah di pesantren.
9.      Warnet Arginet yang telah membantu dalam memberikan saran-sarannya dan memperbolehkan warnetnya sebagai tempat kami mencari inspirasi membuat paper.
10.  Dan tidak lupa para asatidz bentar yang selalu tak mengenal lelah memberikan dan mewariskan ilmu-ilmunya.
Akhirnya penulis pun menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna, hanya Allah jualah yang paling sempurna. Oleh karena itu penulis sadar bahwa paper ini jauh dari sempurna.

                                                                                    Garut, 14 Maret 2011
                                                                                                Penulis

                                                                                    Iwan Setiawan









“Hidup adalah sebuah perjalanan,, mencari arti kehidupan adalah misi bagi ku”